Selasa, 06 Oktober 2009

KAPOW! Reataurant Strategic Planning - The Story (translated)

Chi- Hung Chien baru saja ingin memulai sebuah lembaran baru yang lebih baik untuk kehidupannya. Chi-Hung besar di Taiwan namun kemudian ia berkelana ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikannya. Selama tahun perkuliahannya, Chi-Hung jatuh cinta dengan seorang gadis lokal AS, sampai kemudian menikahinya dan memutuskan untuk menjadi warga tetap AS. Walaupun hal itu berarti ia harus meninggalkan keluarganya, Ia yakin bahwa ia tetap bisa pulang kampung setelah cukup sering melihat kerabat dan teman-temannya yang juga membangun kehidupan barunya di Amerika.
Selama 7 tahun lamanya, Chi-Hung telah bekerja di restoran cina lokal. Dia mempelajari gerak-gerik bos- bos nya secara teliti sekaligus mencoba mengamalkan banyak hal yang telah ia pelajari selama ia berkuliah terutama di mata perkuliahan marketing dan manajemen. Dan akhirnya sebuah kesempatan hadir di depan matanya. Mall perbelanjaan terbesar di kota tempat ia tinggal tampaknya sedang membuka sebuah restoran baru di food courtnya. Keluarga Chien mengumpulkan dana dari uang tabungannya, pinjaman bisnis kecil, dan dana tambahan dari orang tua mereka agar dapat secepatnya membuka restoran KA-POW! Baru.
Chi Hung telah menghabiskan banyak waktu prioritasnya di mall untuk memutuskan membuka bisnisnya di sana. Setelah mempelajari 5 langkah “proses membentuk keputusan membeli”, Ia tampaknya tertarik untuk melihat bagaimana jika hal itu ia aplikasikan di mall. Dan ternyata dari sejumlah fenomena transaksi yang terlihat di food court, pada umumnya orang membeli softdrink, snack dan makanan berat. Beberapa ada juga yang makan dengan keluarganya. Anak –anak sekolah tingkat menengah lebih suka nongkrong berjam-jam di mall. Sedangkan orang-orang yang datang untuk berbelanja hanya berhenti sejenak saja untuk membeli makanan yang ringan. Rata-rata pegawai mengunjungi food court sebagai ritual paginya sebelum memulai pekerjaannya di mall. Yang paling banyak di cari adalah kopi, namun teh dan hidangan lain yang mendukung teh ataupun kopi juga punya kesempatan untuk bisa di jual.
Bagian yang paling menarik dari pengamatan pembelian makanan di food court ini adalah melihat secara individu siapa saja yang datang ke sana. Beberapa orang langsung datang ke restoran pilihannya yang sudah ada selalu di benak mereka seperti McDonald’s, Dairy Queen, Sbaross, atau Chick-Fil-A. Pemegang kunci penjualan makanan nasional seperti mereka telah mempunyai jumlah pelanggan yang cukup stabil. Sedangkan beberapa outlet lokal lainnya akan mengalami masalah untuk mendapatkan pelanggan. Sebut saja Spud Are us, toko-toko yang menjual makanan dari olahan kentang dan taco lokal yang memiliki banyak pelanggan yang jumlahnya tidak akan sebanyak McDonalds dimanapun. Chi-Hung juga melihat bahwa beberapa pelanggan besar mereka adalah pekerja mall yang sederhana.
Di waktu yang sama, Chi-Hung juga memanggil beberapa klien yang suka berkelana. Mereka berjalan-jalan di antara toko dan mencoba menentukan makanan apa yang kira-kira ingin dibeli. Beberapa toko menawarkan makanan contoh kecil gratis untuk dicicipi pelanggan untuk membangun rasa ketagihan untuk beberapa jenis makanan dan akhirnya memutuskan untuk membelinya.
Kuncinya adalah menemukan apa yang menjadi alasan “keputusan pembelian makanan” berbagai kelompok konsumen. Chi-Hung yakin ia akan bisa memberikan produk yang berkualitas dengan harga yang kompetitif dengan servis yang memuaskan. Ia hanya ingin tahu seberapa besar potensial pelanggannya sebelum mereka pergi membawa mobilnya pergi dari lapangan parkir mall. (alias buru-buru pulang).
1. Describe your buying decision-making process the last time you ate at a mall food court.
Deskripsikan proses keputusan pembelian-anda terakhir kali ketika anda makan di food court sebuah mall!
2. What decision criteria influence a family making a food court purchase? Would they be the same as those for mall rats?
Apa kriteria keputusan yang mempengaruhi sebuah keluarga makan di food court? Apakah sama saja di semua mall?
3. Which group should Chi-Hung target, or should he try to sell to everyone?
Kelompok manakah yang harus Chi-Hung sasar atau haruskah ia mencoba untuk menjualnya ke semua orang?
4. Should KA-POW! Offer takeout? Delivery? How else can the company sell additional products?
Haruskah KA-POW! Menawarkan program takeout? Delivery? Harus dengan cara bagaimana lagi perusahaan dapat menjual produk-produk tambahannya?
5. Design an attractiive advertisement for KAPOW! Using the cognitive - affective - conative approach to influencing consumer attitudes. How can you modify the ad to use the affective - conative - cognitive approach? How can you modify the ad to use the conattive - cognitive - affectife approach?
Rancanglah sebuah iklan yang menarik untuk KAPOW! Menggunakan pendekatan Learn – Feel – Do untuk mempengaruhi konsumen.
Bagaimana jika anda memodifikasi iklan tersebut dengan menggunakan pendekatan Feel – Do – Learn?
Bagaimana jika anda memodifikasi iklan tersebut dengan menggunakan pendekatan Do – Learn – Feel?
6. In a group of three students, design three students, design three different advertisements, each using a distinct approach to impact consumer attitude. Compare the advertisements and discuss how each approach tries to influence consumer attitudes.
Dalam sebuah grup yang terdiri dari 3 orang, masing-masing orang membuat rancangan iklan yang berbeda dengan ketentuan setiap orang membuat 1 pendekatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Bandingkan dan diskusikan bagaimana setiap pendekatan mencoba uuntuk mempengaruhi perilaku konsumen!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

So what's your comments? comment, please, please..